Kamis, Juli 28, 2011

Dolalak

Dolalak atau sering juga disebut angguk adalah kesenian khas dari Kabupaten Purworejo. Tarian ini merupakan peninggalan pada zaman penjajahan Belanda. Tari dolalak tercipta karena terinspirasi oleh
perilaku serdadu Belanda pada saat beristirahat di camp-camp.
Serdadu- serdadu tersebut beristirahat sambil minum-minuman keras, ada juga yang menyanyi dan berdansa ria. Aktifitas sehari-hari para serdadu di kamp ditiru oleh para pengikutnya yang kebanyakan pribumi.
Asal kata Dolalak adalah dari not Do dan La karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada, tentunya pada zaman dulu awal mula Dolalak. Dan dari pendengaran
penduduk pribumi yang berubah menjadi lidah jawa dolalak, sekitar tahun 1940.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah diringi dengan musik modern, yaitu keyboard yang dulunya Irinngan dan Instrumen yang digunakan adalah kendang, rebana dan bedug. Syair- syairnya tentang keagamaan, pendidikan dan juga berbagai kritik dan sindiran. Lagu-lagu yang dimainkan pun bervariasi dan beragam.
Penari Dolalak pada mulanya dilakukan oleh para lelaki, berseragam hitam dan bercelana pendek. Seragam ini menirukan seragam tentara belanda pada zaman dahulu. Seiring waktu, muncullah generasi-generasi penari putri dengan disertai modifikasi-modifikasi seragam. Dan sekarang, keberadaan penari putra amat jarang (bahkan boleh dikatakan tidak ada) dan tergantikan oleh para penari putri. Salah satu grup penari yang masih memiliki penari putra adalah grup tari Dolalak dari Kaligesing. Penari-penari Dolalak bisa mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik.
Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi brand image Kabupaten Purworejo.
Dolalak semakin populer di kalangan generasi muda. Hal ini tidak luput dari peran Pemerintah Daerah Purworejo yang terus mengembangkan dan melestarikan kesenian asli daerah Purworejo ini. Bahkan di setiap event-event tingkat nasional kesenian Dolalak selalu tampil sebagai suatu kesenian yang unik. Di setiap lomba-lomba kesenian tingkat nasional kesenian Dolalak selalu menjuarai.
Hal inilah yang mendorong Dolalak tetap lestari. Kesenian Dolalak selalu ditampilkan dalam Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore Pramuka dari tingkat daerah sampai Nasional, pertunjukkan budaya antar daerah, bahkan sudah melanglang ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Oleh karena itu Dolalak perlu dipatenkan sebagai kesenian asli Indonesia pada umumnya dan menjadi kesenian asli daerah Kabupaten Purworejo pada khususnya. Hal ini bertujuan agar Dolalak tidak diklaim sebagai milik perseorangan, daerah, atau bahkan bangsa lain.
Tari ini oleh rakyat Indonesia diciptakan sebagai misi keagamaan dan politik untuk
memerangi Belanda.
Tari dolalak mempunyai berbagai ragam sesuai dengan daerah asalnya misalnya; gaya Kaligesingan, Mlaranan, Sejiwanan, dan Banyuuripan.
Gerak tari dolalak merupakan gerak keprajuritan didominasi oleh gerak yang rampak dan dinamis nyaris seperti gerakan bela diri pencak silat yang diperhalus.
Gerakan ³kirig´ (gerakan bahu yang cepat pada saat-saat tertentu)
merupakan ciri khas dolalak yang tidak didapati pada tarian lain. Dalam tari terdapat berbagai macam istilah diantaranya:
a. Gerak kaki seperti adeg, tanjak, hoyog, sered, mancat, gejug, jinjit, ngentrik,ngetol, engklel, sing, ngetol, pencik, kesutan, sampok, jengkeng dan sepak.
b. Gerak tangan seperti ngruji, taweng, ngregem, malangkerik, ukel, ukel wolak-walik, tepis, jentus, keplok, enthang, siak, kesutan grodha, miwir sampur, ngithir sampur, bapangan wolak-walik, atur-atur, cathok, mbandhul, cakilan, dan tangkisan.
c. Gerak tubuh/ badan seperti ogek, entrag dan geblag.
d. Gerak leher seperti tolehan, lilingan, dan coklekan.
e. Gerak bahu seperti kirig, dan kedher.

Tari ini dipentaskan pada saat-saat tertentu, diantaranya, mantu,sunatan dan syukuran. Biasanya warga mengundang group tertentu yang disebut nanggap dalam bahasa jawa, tari ini ditarikan menjelang hajatan yaitu pada malam hari semalam suntuk .
Dalam perkembangan selanjutnya kabupaten Purworejo memperhatikan perkembangannya kemudian mengangkat kesenian ini lewat penataran dan seminar tentang tari dolalak .
Bahkan dolalak dijadikan muatan lokaldalam pendidikan dasar .
Perhatian pemerintah juga tampak dengan memberikan alat dan kostum.
Sehingga kini dolalak sudah terkenal sampai di TMII yang pernah pentas di anjungan Jawa Tengah.
Seiring berjalannya waktu kemudian dolalak menjadi aset mata pencaharian tambahan bagi penari dan pengiring group tersebut.
Sebab pada musim pernikahan banyak menampilkan tari dolalak untuk meramaikannya.
Memilik beberapa unsur, diantaranya :
a. Gerak
Dansa (tari gaul gaya barat ) dengan iringan lagu membangkitkan inspirasi beberapa warga pribumi untuk menirunya menjadi tari dolalak. Penelitian Prihartini membagi tari dolalak menjadi tiga bagian yaitu: tari kelompok, tari pasangan, dan tari tunggal. Tari tunggal biasanya diikuti dengan ³trance´ atau kesurupan sehingga penari bisa menari hingga berjam-jam.
b. Busana
Kostum tradisional dolalak menggunakan baju lengan panjang hitam dan celana pendek hitam dengan pelisir ³untu walang´ pada tepinya. Serta aksesorius kuning keemasan pada bagian dada dan punggung ditambah topi pet hitam dengan hiasan dan kaos kaki panjang, namun saat ini dimodivikasi pada celana pendek yang dahulu diatas lutut menjadi di bawah lutut. Bahkanada juga yang dimodivikasi dengan gaya muslim dengan berkerudung namun aksesorisnya tetap sama. Memakai sampur pendek yang diikat di sebelahkanan saja.
c. Musik .
Semula hanya acapela, namun dalam perkembangannya diiringi dengan lagu dan tembang seerta iringan solawat jawa dan dilengkapi juga dengan bedug, kendang, terbang, kecer dan organ. Musiknya beragam dari vocal ³bawa´ sebagai lagu pembuka hingga lagu parikan atau pantun yang menggunakan bahasa melayu lama dan sebagian bahasa jawa bahkan bahasa arab. Bahkan sekarang masuk juga lagu jenis pop, dangdut dan campursari.
d. Syair lagu.
Syair lagu bertema tentang agama sindiran sosial, kegembiraan dan nasehat kehidupan ada juga yang bernuansa romantis yang dinyatakan dengan pantun atau parikan.
READ MORE - Dolalak

Rabu, Juli 27, 2011

GEBLEK PURWOREJO

Berbicara tentang makanan Khas Purworejo atau jajanan Khas Purworejo, banyak sekali ragamnya, dan salah satu jajanan Khas Purworejo dari tepung ketela pohon (pathi telo-red) yang digoreng. Orang sering menyebutnya dengan nama ‘Geblek’ dan masih di wilayah Purworejo juga ada yang menyebut makanan yang dibentuk seperti angka 8 ini dengan sebutan ‘Binggel’. Entah mengapa bisa begitu, yang jelas dua sebutan itu menunjuk pada makanan yang sama.
Di tengah ramainya jajanan modern di Pasaran, Geblek/Binggel tetap menjadi jajanan favorit tersendiri bagi pecintanya.Selain dibuat tanpa bahan pengawet, gorengan ini rasanya juga gurih dan kenyal ketika dimakan ketika dimakan dalam keadaan hangat, maklum karena dibuat dari tepung Kanji. Digoreng dengan api kecil agar bisa mekar dan enak dimakan. Geblek yang bagus, ketika digoreng tidak akan meletus atau minyaknya bercipratan kemana-mana. Namun, untuk penjagaan, jika memang ingin menggoreng geblek sendiri di rumah, gunakan api yang kecil. Apalagi bila cara memakannya dicocol/dicampur dengan bumbu pecel, hmmm…rasanya mantap dan sensasi yang didapat ketika menyantapnya( alot-alot gimanaaaaa gitu), membuatnya menjadi salah satu makanan tradisional khas Purworejo yang paling dinanti kehadirannya.
READ MORE - GEBLEK PURWOREJO

DAWET IRENG (DAWET HITAM) KHAS BUTUH (PURWOREJO)

Bagi warga yang berdomisili di Purworejo tentunya tak asing lagi dengan Dawet Ireng (dawet hitam), minuman khas 'trade merk' Butuh Purworejo , karena minuman ini tersebar luas di pinggir-pinggir jalan raya Purworejo . Rasanya yang sangat manis dan mengenyangkan menjadi ciri khas dari dawet ireng ini. Dawet ireng adalah minuman berjenis dawet tetapi dengan cendol yang berwarna hitam legam. Proses pembuatannya sangat alami yaitu diolah dengan tangan dan tak menggunakan bahan pewarna. Pewarna hitam untuk cendol dibuat dari daun padi kering (oman) yang dibakar hingga menjadi abu, kemudian abu dicampur dengan air dan menghasilkan warna hitam. Sedangkan cendolnya dibuat dari sagu bukan dari tepung beras seperti cendol hijau biasa. Pemanis menggunakan gula aren.
Konon, dawet ireng awal mulanya dipasarkan oleh Mbah Ahmad sekitar tahun 1950 di daerah sebelah timur jembatan Butuh Purworejo yang sampai sekarang masih terdapat kiosnya. Dawet ireng saat ini sudah terkenal sampai ke luar Purworejo kabarnya dawet ireng sudah sampai Jawa Barat dan Jawa Timur, bahkan dawet ireng sering dipesan dalam jumlah besar misalnya untuk acara hajatan.
Ada keunikan dalam penyajian dawet ireng ini, yaitu pemerasan santan dari parutan kelapa langsung yang dapat dilihat oleh pembeli dan jumlah cendol ireng yang jauh lebih banyak dibanding kuahnya (santan dan air gula aren), kemudian ditambah es, dijamin segar dan kenyang!.
Dawet ireng ternyata mampu menembus pasar di luar Purworejo dan seharusnya pemerintah daerah Purworejo mengambil peluang untuk mempopulerkan dawet ireng dan mempatenkan sebagai minuman khas Purworejo .

BERIKUT BAHAN-BAHAN DAN CARA MEMBUAT DAWET IRENG

BAHAN:
1 kg tepung sagu
1 genggam merang/batang padi
2,5 lt air
1 lt santan
1 - 1 1/2 sdt garam
es batu secukupnya

SIRUP GULA JAWA:
500 gr gula jawa
250 gr gula pasir
500 ml air
2 daun pandan

CARA MEMBUAT:
# Sirup gula jawa: rebus semua bahan hingga mendidih dan gula larut. Saring. Sisihkan
# Santan: Campurkan santan dengan garam. Sisihkan.
# Larutkan tepung sagu dengan 1.5 lt air hingga rata. Bila perlu saring dengan kain. Sisihkan.
# Bakar merang hingga jadi abu, rendam dengan 1 lt air. Aduk hingga berwarna hitam. Saring dengan kain.
# Rebus larutan merang hingga mendekati mendidih. Sebelum mendidih masukkan adonan sagu. Aduk-aduk hingga jadi seperti bubur. Aduk konstan hingga matang.
# Siapkan baskom berisi air dingin, dan saringan/cetakan dawet. Panas-panas ambil bubur merang yang telah matang secukupnya. Taruh di cetakan, tekan dengan papan yang lebih kecil ukurannya dari diameter saringan. Biarkan bubur merang lolos lewat lubang-lubang kecil saringan tepat di air dingin. Lakukan hingga semua ‘tersaring’. Tiriskan.
# Penyajian: Ambil gelas saji, beri dawet hitam, es batu, tuangi santan dan sirup gula jawa. Sajikan.
READ MORE - DAWET IRENG (DAWET HITAM) KHAS BUTUH (PURWOREJO)

KABUPATEN PURWOREJO

Lambang Kabupaten Purworejo
Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: purwareja), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.

Motto

Purworejo Berirama (Bersih,Indah, Rapi, Aman dan Makmur)



Geografi
Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh.
Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.
Pembagian administratif
Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di KecamatanPurworejo.

Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitamdipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).
Alun- alun Purworejo, seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.

Perekonomian
Pertanian
Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.
Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti : Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono.
Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil, yaitu : emping. Kecamatan Kaligesing, Bener, Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil durian di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat hasil buah, yaitu : buah pisang, karena di antara pasar yang ada di Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di Purworejo.Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa Ngandagan,Kalikotes,Klaigintung,Pamriyan dan Petuguran.

Perkebunan
Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo. Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu : Kopi, Karet, Kakao, Vanili (tanaman tahunan) dan Tebu serta Nilam (tanaman semusim). Komoditi Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah memberi kontribusi kepada pendapatan negara (Devisa) dan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar.

Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005 - 2006 pernah ekspor ke Malaysia.

Industri
Pabrik gula Purworejo (tahun 1910)
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu : dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.

Pariwisata
Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya : Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Goa Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami. gua pencu di desa ngandagan,merupakan bentuk benteng seperti guapada zaman belanda;dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh presiden sukarno,tapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa,dan jika anda ingin menikmati suasana sejuknya alam anda d\tinggal melanjutkan perjalanan ke utara karena disana anda dapat menemukan hutan pinus yang sangat sejuk dan dingin engan panorama pegunungan dengan hamparan ladang petani yang permai,

Makanan Khas Daerah
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
§ Dawet Hitam : sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta. Untuk penjual dawet hitam yang asli adalah di timur jembatan Butuh.
§ Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
§ Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
§ Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari kecamatan Grabag)
§ Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
§ Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
§ Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
§ Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras).
§ Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
§ Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan.Rasa makanan ini gurih.

Transportasi
Purworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api. Stasiun besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api ekonomi jurusan Bandung Kiaracondong - Stasiun Yogyakarta, Bandung - Madiun danPurwokerto - Surabaya serta kereta bisnis seperti Senja Utama Solo dan Senja Utama Yogya. Kereta eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah Taksaka II. Dari stasiun Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu Sawunggalih Utama jurusan Purworejo - Jakarta Pasar Senen serta Sawunggalih Selatan jurusan Purworejo - Bandung
Terminal bis utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo - Kutoarjo tepatnya di kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan Daendels.

Legenda
Tundan Obor: setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir Pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas di kalangan penduduk.

Kesenian
Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu dolalak, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak
Dzikir Saman mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquestoleh penonton)
Tari Dolalak
Tari dolalak merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak.

Tokoh dari Purworejo
§ Jan Toorop, pelukis Belanda.
§ A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
§ Ahmad Yani, pahlawan revolusi.
§ Sarwo Edhie Wibowo, mertua presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
§ Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru
§ Oerip Soemohardjo, pendiri TNI.
§ Johan Hendrik Caspar Kern, ahli bahasa dan orientalis
§ Syekh Imam Puro, Ulama Purworejo.
§ Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (masih diperdebatkan - lihat artikel).
§ Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ).
§ Danurwindo, mantan pemain dan pelatih Timnas Indonesia, asli Kutoarjo.
§ Erman Suparno,(mentri Tenaga Kerja Kabinet Indonesia Bersatu).
§ Slamet Kirbiantoro, mantan Pangdam Jaya.
§ Supriyatno Koord. Muda Ganesha 2006.
§ Endriartono Sutarto,mantan Panglima ABRI 2006.
§ Kasman Singodimedjo,tokoh pergerakan 1945.
§ Herman Alex Veenstra, olahragawan polo air Belanda
§ Winoto Danoe Asmoro, kepala rumah tangga presiden Soekarno
§ Mardiyanto, mantan Mendagri KIB I
§ Soebrantas Siswanto, mantan Gubernur Riau
§ Tafsir Nuchamid, wakil Rektor-II Universitas Indonesia
§ Aris Yunanto, Kepala Inkubator Bisnis Universitas Indonesia
§ Karel Heijting, pemain sepak bola Belanda
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purworejo#Geografi
READ MORE - KABUPATEN PURWOREJO
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Pengikut

 

KLIK PURWOREJO. Copyright 2008 All Rights Reserved guombloch