Selasa, November 04, 2008

Kisah usang

KISAH USANG SEORANG JOMBLO
Aku kini senang melamun, dan sering aku termenung sendirian. Berlarut-larut aku dibawa ke alam khayalan. Tak kunjung berhenti, tak kunjung putus. Mungkin karena itu adalah awal dari sebuah perjalanan. Mungkin dan terus mungkin. Dan katanya aku sedang dimabuk cinta katanya, cinta telah membuat aku melamun dan termenung. Apakah aku sedang jatuh cinta? Mungkin, mungkin itu benar, dan mungkin juga salah. Laki-laki seperti aku ini punya cinta? Punya rasa itu? Itu yang sering ku pertanyakan. Terus terang, aku ragu, bimbang dan gelisah. Aku tak yakin, aku tak percaya diri, aku dan seisi tubuhku rapuh. Mataku lebih sering menunduk. Hatiku sering gegabah untuk berkata "sudahlah!" dan akupun tak punya banyak cara apalagi pilihan selain : mengalah. Memang aku sedang dilanda asmara. Kuakui, aku jatuh cinta. Kini, aku sedang jatuh cinta pada seorang gadis. Wajah gadis itu selalu terbayang dalam pikiran. Dan raut mukanya, sampai langkah kakinya. Semua teringat dan terus ku ingat. Semua yang ada pada gadis itu terasa indah sekali. Tak ada yang buruk, tak ada yang jelek, semuanya indah, molek, dan anggun. Bila ia jauh, aku selalu membayangkan dan merindukan gadis itu. Aku selalu ingin dekat dengannya. Ingin terus menatap ayu wajahnya. Ingin ku padanya melebihi segalanya. Gadis itu sangat cantik bagiku, bibirnya tipis, hidungnya agak mancung, kulit wajahnya putih berseri, dan terkadang ia memakai kacamata. Apa yang ia kenakan semakin menambah kecantikannya. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Tapi tak apa, sebab cintaku bukan cinta nafsu ataupun birahi belaka. Aku cinta gadis itu karena apa? Gadis itu cantik. Itu jawaban pertamaku dan mungkin tak ada yang lain. Pengetahuan ku tentang dia sangat terbatas. Aku hanya tahu nama dan alamatnya. Kisahku itu ku pendam sendiri dan kemudian kusimpan mengendap. Aku tak bisa berbuat lebih. Semangatku terlalu lemah. Hatiku mudah patai. Aksi yang kulakukan hanyalah mencuri-curi pandang. Aku tak tahu apakah ia menyadari hal itu. Menyadari adanya lirikan cinta terhadap dirinya dari seorang lelaki pengecut. Entahlah, aku tak tahu. Aku juga tak habis pikir, mengapa aku sering melirik wajahnya.
Konsentrasi ku pada ujian akhir sering terhambat karenanya. Aku sering membayangkan dirinya ketika belajar. Ingin sekali aku bertegur sapa dengannya. Tapi lagi-lagi aku malu. Aku juga tak berani kirim salam padanya, apalagi untuk menulis sebuah surat cinta, itulah aku. Aksi curi-curi pandang hanyalah membikin kesengsaraan hati, jiwaku merana, hatiku lara. Rasa kecewa kemudian menyelimuti hati ini. haruskah aku bertahan dengan semua ini? ku jawab dengan jawaban pasti; tidak! Aku harus bersemangat dan melangkah maju demi masa depan, tekad ku kemudian. Cita-cita harus aku kejar dan kuraih. Tapi, aku tak mampu mempertahankan tekadku itu. Aku lebih sering tergoda dan terlena oleh situasi. Tekad yang aku cetuskan tak sempurna dijalankan. Jawaban yang pasti itu sering terlupakan. Dan aku pun terus terombang ambing oleh perasaan. Aku terbawa mimpi-mimpi yang tinggi. Mimpi-mimpi yang belum pernah terjadi dan mungkin mustahil terjadi. Aku ingin sekali berbagi kasih sayang dengannya. Tapi lagi-lagi aku tak kuasa. Mimpi hanyalah mimpi semata. Belum ada satu pun mimpiku yang terwujud. Semuanya berujung pada kegagalan. Kegagalan karena kurangnya keberanian. Kegagalan dalam mimpi-mimpi ku tentang cinta. Cinta yang gagal. Walau hanya sedikit respon dari gadis itu, aku sudah merasa sangat senang. Aku lalu berkesimpulan bahwa juga ada rasa denganku. Apakah aku terlalu Pe De hanya dengan hal macam itu?Namun bagiku, hal kecil menjadi sangat berarti. Aku memang sudah terbiasa dengan kesimpulan-kesimpulan maya. Semua karena kepengecutan ku sendiri. Mungkin juga aku sudah terbiasa sendiri, menyendiri dan menjadi begini. Kadang aku ingin marah. Tetapi au tidak tahu kepada siapa aku harus marah. Haruskah aku marah pada keadaan? Pada cinta? Pada gadis itu? Pada diriku sendiri? Pikiran dan pandanganku tentang cinta menjadi sempit. Selama ini, tak ada keindahan cinta yang ku rasa dan tak lebih dari sekedar kehampaan. Cinta tak harus bersama, katanya kata temanku, kata buku-buku roman, dan bunyi bait-bait lagu cinta. Aku terima kata-kata itu dengan arif dan bijaksana. Aku sadar akan diriku sendiri. Selama ini, aku merasa bahwa cinta itu seperti duri. Yang selalu meyakitkan hati. Cinta bagaikan bayangan hitam yang selalu menggelapkan masa depan. Aku tak pernah senang karena nada-nada cinta. Aku benci pada cinta. Dan kebencianku itu telah membuat pandangan ku picik. Cinta hanya akan membikin kesengsaraan. Cinta hanya akan membuat luka-luka yang pedih dan tak akan terobati. Aku tak mau punya cinta lagi! Sering aku sama ratakan semua gadis yang ada. Semua gadis itu sama. Sama-sama materialistis, hedonis, dan glamoris. Semua ingin senang. Semua cewek pasti ingin cowok yang ganteng dan berduit. Mereka lebih suka naik kendaraan daripada jalan kaki. Mereka melupakan hati nurani. Dan merekapun menjadi hamba dunia. Untunglah bagi pria-pria yang kaya. Merugilah bagi orang-orang tua yang punya calon menantu miskin dan hina.Aku pun termasuk diantara kaum yang miskin dan hina. Kaum yang dipandang sebelah mata. Kaum yang dinomorduakan. Kaum yang diremehkan dan dilecehkan, kaum proletar, kaum sisa-sisa dan terpinggirkan oleh zaman. Dan ternyata, bukan aku saja yang membuang cinta. Mereka, gadis-gadis itu telah melemparkan cinta ke tong sampah dasn memoles hati mereka dengan bedak-bedak dunia. Aku benci pada cinta karena cinta membuat aku menderita. Sedangkan gadis-gadis itu, membuang cinta agar mereka bisa senang dan bermasa depan cemerlang. Mereka tak mau hidup sederhana ataupun melarat seperti aku. Walaupun pada akhirnya nanti, mereka dan mungkin juga aku, harus menangis karena putusan langit telah tiba di dunia. Menangis bahagia atau menangis berduka. Bila putusan langit telah dibacakan, maka kita takkan pernah bisa berpaling dari-Nya. Wajib ikut dan menurut. Tak ada istilah banding, kasasi, ataupun peninjauan kembali. Semua wajib taat. Dan akupun begitu. Cuma, aku tak tahu kapan putusan langit untukku akan dibacakan. Waktunya masih sangat samar. Menunggu putusan itu tiba memang membikin bosan. Tapi putusan itu sangat berarti dan kuharapkan sekali datangnya. Aku yakin, putusan langit pasti membikin aku senang. Putusan itu pasti adil dan menguntungkan. Aku memang ingin sebuah kepastian. Aku bosan dengan keragu-raguan, dan kebimbangan yang selalu ada dan berada didirikiu ini. aku tak ingin terus kecewa dan merana. Tapi, aku harus merasakan cinya.Apakah mungkin putusan itu tiba tanpa rasa cinta? Mungkinkah aku bisa memperolehnya? Aku lagi-lagi ragu. Huuuh! Kupikir-pikir lagi, kurenungkan sejenak. Memang, rupanya aku terlalu berburuk sangka dan berpandangan picik. Aku yang salah. Perasaan terlalu kuutamakan. Tapi itu semua karena keadaan, situasi dan kondisi. Aku telah dikecewakan, aku telah dilecehkan. Aku telah dicibir sinis. Dan aku tahu bagaimana perasaanku setelah itu? Sedih, sakit, pahit dan hancur. Akupun sadar, bahwa aku pantas dibegitukan. Aku tak punya apa-apa yang bisa aku banggakan. Yah, begitulah. Aku tak tahu sebutan apa yang tepat untukku. Dan akupun begini. Sendiri dan menyendiri. Semuanya tak mau bersamaku. Semuanya tak mau mengerti aku. Semuanya tak mau menerimaku, aku sedih? Kujawab dengan anggukan kepala. Aku bisa menerima itu semua. Aku telah pasrah dan menyerah. Sudahlah, mungkin belum saatnya. Kucoba untuk berfikir secara positif, ku coba untuk terbuka dan seperti kata agama: ambil hikmahnya. Hidup masih berlanjut dan hari esok masih ada. Kau tahu, aku sering bertanya tentang arti hidupku. Untuk apa aku hidup? Untuk siapa kehidupanku ini? apa yang berubah bila aku mati? Sering aku renungkan hal itu. Imajiku mungkin berlebihan dan terlalu sepele. Belum kutemukan jawaban mutlak sampai saat ini. Yang ada adalah prasangka-prasangka abstrak. Akupun masih berada di tengah-tengah perjalanan untuk menuju ke pulau kekal. Belum ada kata akhir yang akan memberikan sebuah akhir. Aku menghening sementara. Ternyata, rupanya, jalanku masih ada dan terbentang panjang. Aku lalu sadar, dan menyadari apa yang telah terjadi. Nasib bisa kuubah bila aku mengubahnya. Aku bisa berubah bila aku berusaha. Semua tentang aku, tergantung pada diriku sendiri. Dan untuk itu, aku tak pernah membenci cinta, cinta itu mulia. Cinta ternyata tak salah. Aku mesti menyayangi cinta agar aku bisa bahagia. Walaupun pada awalnya, aku masih harus kecewa.
Give me coment.
READ MORE - Kisah usang
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Pengikut

 

KLIK PURWOREJO. Copyright 2008 All Rights Reserved guombloch